Belajar Pada Mendung
Setiap orang berbicara mengenai hidupnya dan pasangannya, setiap orang berbicara mengenai apa yang mereka punya, bagaimana perasaannya, apa yang akan mereka lakukan, bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama.
Tapi aku, hanya berkutat pada pekatnya mendung yang menyelimuti semesta, memandang lekat-lekat, memikirkan dimana matahari menyembunyikan sinarnya? Sesaat mendung itu bergeser ke arah selatan, dan kilau sang matahari mulai nampak, lalu mendung dari sebelah utara berjalan beriringan mulai menutup kembali secercah cahaya sang surya. Mendung kembali menyelimuti.
Lagi-lagi aku perhatikan sekitarku, angin berhembus dari arah timur ke barat, kicau burung riang dari dahan pepohonan, seolah menyapaku, aku melihat sekawanan semut berjejer ditembok rumahku, dan melihat orang-orang lalu lalang dan sibuk dengan segala aktivitas mereka.
Aku terdiam, termenung, tertegun, dan kemudian tersenyum. Betapa Dia sang pencipta Maha Besar adanya. Aku mengingat pada kehidupanku kemarin, betapa hidupku ini bagaikan semesta, yang terkadang diselimuti mendung, dan terkadang dipenuhi sinar sang surya.
"Bersyukurlah pada hidup yang Allah berikan padamu. Berbahagialah selayaknya kicau burung tanpa ragu. Beraktivitaslah seperti semut dengan sekawannya, yang senantiasa saling menyapa. Berdzikirlah seperti pepohonan, meskipun angin setiap detik menerpa"
Komentar
Posting Komentar