Karena 1+1=4
Malam itu tidak jauh berbeda dengan malam sebelumnya. Bagi seorang pemalas sepertiku, menghabiskan malam dengan chatting itu sudah biasa. Bahkan tak jarang topik di obrolan adalah sesuatu yang tidak penting. Tak jarang pula terkadang melalui chat, pikiranku mulai terbuka akan sesuatu hal dan aku mulai belajar dari sana.
Malam itu obrolanku dengan seseorang sudah mulai tak biasa, ngalor ngidul tak karuan. Segala hal kami bahas
malam itu, mulai dari A hingga Z ibaratnya. Aku teringat seuatu, seorang
guru di sekolah dasarku pernah betanya, "1+1= berapa anak-anak?"
Temanku mengangkat tangannya dan menjawab, "Dua bu guru.” Guruku itu pun
membenarkan jawabannya. Sejak saat itu aku tahu bahwa 1+1=2 dan jawabannya akan
selalu sama sampai kapanpun. Aku rasa kalian juga memiliki pemikiran yang
sama denganku.
Malam itu seseorang bertanya padaku pertanyaan yang sama seperti
yang dilontarkan oleh guru sekolah dasarku, "1+1= berapa Mey?” Aku
menjawabnya asal, "Empat". Aku beranggapan pertanyaan itu terlalu
mudah untuk dijawab bahkan untuk seorang anak taman kanak-kanak sekalipun.
Aku pikir dia akan mengejekku dengan jawaban asal itu. Tapi
ternyata semuanya diluar dugaan, dia membenarkan. "Yup, kamu benar." katanya.
Dia bertanya lagi padaku, "Kenapa kamu menjawab empat?" Aku terdiam
lumayan lama mencerna kembali pertanyaan itu, aku masih memandangi layar
telepon genggamku, masih belum membalas chat-nya.
Dengan sok pandai aku menjawabnya, “Terserah aku dong mau jawab
berapa. Jawaban aku itu diluar kata benar atau salah. Lebih kepada setiap orang
punya pendapat yang berbeda.” Dia membalas chatku itu dengan emoticon tertawa.
Aku terdiam kembali mencoba mengerti mengapa ia menertawai
jawabanku. Aku mengingat kembali percakapan kami sebelum pembahasan ini. Kami
membahas tentang mengapa mawar disukai banyak orang. Baik itu aku ataupun dia
memiliki jawaban yang berbeda atas pertanyan tersebut. Kami memiliki persepsi
yang berbeda tentang sesuatu hal.
Aku mulai mengerti maksudnya, mengapa 1+1=4. Tidak hanya bagiku
atau baginya, tapi bagi kita semua 1+1=2 adalah paten dari apa yang diajarkan
oleh guru sekolah dasar kita. Namun bukan itu intinya, sesuatu seperti
pemikiran, pendapat, persepsi, tidak dapat disamakan dengan 1+1=2. Tidak sesederhana
itu, setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Mungkin ada yang menjawab
1+1=5, 1+1=8, atau jawaban lainnya.
Setiap orang punya
pendapatnya, persepinya, pemikirannya akan sesuatu hal. Kita tidak dapat
memaksakan pendapat kita dengan pendapat orang lain. Ada banyak cara orang lain
memandang sesuatu. Ini bukan perkara bagaimana pendapat kita yang berbeda,
namun tentang perihal bagaimana kita bisa menerima dan menghargai adanya perbedaan
tersebut. Pelangi itu indah bukan karena warnanya yang sama, melainkan karena
warnanya yang berbeda.
Berbeda adalah salah satu hal yang sederhana yang sering dilupakan
namun syarat makna. Teruntuk kalian yang tidak mencintai perbedaan, belajar
untuk mengerti ketika kamu berbeda kamu ingin diterima, berlakulah hal yang
sama bagi orang lain diluar sana yang berbeda. Hargai mereka.
Komentar
Posting Komentar