Hadir dan Mengalir


Beberapa waktu belakangan, seringkali kata "HIDUP" hadir dalam pikiran. Aku kembali mengingat masa kecilku dulu, puas bermain dan tidak memikirkan beban apapun. Ahh.. Betapa nikmatnya saat itu, aku tidak harus bertanya-tanya apa cita-citaku, apa tujuan hidupku, bagaimana aku meraihnya, akankah aku berhasil, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang kerap kali muncul ketika satu pertanyaan bahkan belum kutemukan jawabnya. 
Jika saja aku dapat memutar waktu kembali, mungkin aku akan kembali pada masa di mana aku masih bermain dengan riangnya hingga lupa bahwa waktu senja telah tiba. Jika saja aku dapat memutar waktu dan mengetahui betapa peliknya hidup menjadi orang dewasa, mungkin aku akan sedikit mengatur beberapa rencana, dan membuat wish list agenda. Jika saja hal itu dapat terjadi, jika dan hanya jika. Tetapi kita semua tahu bahwa setiap detik yang telah berlalu tidak dapat kita ulang kembali. 
Entah ini merupakan suatu hal yang wajar atau tidak, aku mulai khawatir dengan masa depanku. Apa sebenarnya cita-citaku? Bagaimana aku harus melalui ini semua? Apakah semua yang aku lalui selama 21 tahun ini sia-sia? Aku mulai khawatir, jika aku tidak menjadi seseorang yang diharapkan. Aku mulai khawatir jika setiap hal yang aku lakukan tidak menghadirkan arti. Aku mulai takut setiap kali memikirkannya. 
Dahulu ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, aku ingin sekali menjadi seorang wartawan seperti papa. Tapi kemudian keinginanku berubah, aku ingin menjadi seorang dokter ketika aku melihat nenek sedang sakit. Lagi, keinginanku itu berubah saat aku beranjak SMP. Aku suka sekali menulis, maka aku ingin jadi penulis. Seperti sekarang ini, aku menulis apapun yang aku inginkan. Bukan karena aku ingin semua orang melihat tulisanku, ataupun menyukainya. Itu hanya karena dengan menulis aku mampu meluapkan asa, lega sekali rasanya. Kemudian ketika SMA aku hanya ingin bekerja agar dapat meringankan beban mama, cita-citaku sangat sederhana. Tapi tidak sesederhana itu, aku ingin menjadi seorang guru. Ya, guru Bahasa Indonesia lebih tepatnya, itu karena aku menyukai pelajaran Bahasa Indonesia. 
Rupanya Allah berkehendak lain, ketika keinginanku yang satu itu sudah kutekadkan bulat, aku justru tidak menemukan jalan untuk meraihnya. Bukan karena orang tua tidak menyukai profesi itu, tapi lebih kepada orang tua tidak mengizinkanku untuk menempuh pendidikan jauh di luar kota tempat kita tinggal. Aku mulai berpikir lagi dan lagi, jadi apakah aku seharusnya di masa depan nanti? Nilai Bahasa Inggrisku selalu baik, aku juga menyukai Bahasa Inggris dan selalu ingin tahu lebih tentang Bahasa Internasional itu. Aku sempat berpikiran apakah aku mendalami Bahasa Inggris saja? Ahh rupanya aku tidak sebegitu inginnya menjadikan suatu hobby sebagai profesi. 
Begitu saja tanpa berpikir terlalu panjang dan mendalam, aku sekarang melanjutkan pendidikanku pada program studi Manajemen. Aku tidak mendambakannya, tidak juga pernah memikirkannya. Aku bahkan tidak tahu harus bagaimana setelah lulus nanti. Yang aku pikirkan adalah apapun yang aku geluti sekarang harus menjadikanku seseorang yang besar di masa depan nanti. Meski aku tidak pernah menginginkan bidang ini, tapi ketahuilah bahwa aku tidak pernah sekalipun tidak serius menjalaninya.
Aku hanya berharap bahwa dikemudian hari aku dapat menjadi contoh yang baik bagi saudariku, bagi temanku, juga keluargaku. Aku hanya ingin membuat mama bangga, dan lega bahwa setiap perjuangannya membesarkanku di buahi dengan hasil yang luar biasa membuatnya bahagia. Sederhana saja, itulah keinginanku sebenarnya. Terlepas dari jadi apa aku setelah lulus nanti.
Cerita ini mungkin sedikit membosankan, terdengar seperti curhatan tidak berguna. Tapi cobalah memahami makna dari ceritanya. Dari buku "Chairul Tanjung" milik seorang teman kuliah (sahabat lebih tepatnya), aku mengenal sebaris kalimat nan elok dari seorang W.S. Rendra. Ia berkata bahwa "Hadir dan mengalir, itulah air. Tidak ada ceritanya air mentok, ia pasti akan mencari jalannya sendiri, bergerak ke segala arah." 
Benar saja, kita hidup ibarat air. Tidak seorangpun hidup dan hadir di dunia ini melainkan sebuah tujuan. Tidak seharusnya pula kita mengkhawatirkan hidup, percaya saja pada Allah. Bahwa setiap usaha dan kerja keras pasti akan ada hasilnya. Kita hanya perlu menetapkan kepercayaan dan keyakinan lebih atas tujuan hidup kita yang sebenarnya. Semoga apapun keinginanku, apapun keinginanmu, kita dapat meraihnya dengan mudah. Tentunya tak lepas dari ridho Allah dan ridho orang tua. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Komentar

Postingan Populer