Love Is An Action


Membaca adalah kegiatan yang tidak semua orang menyukainya. Tetapi berbeda denganku, membaca merupakan sesuatu yang ajaib, membuatku berimajinasi seolah aku sedang menonton pertunjukan lakon dalam cerita yang kubaca. Mungkin tidak semua genre bacaan aku suka, ahh.. untuk seseorang yang takjub dengan definisi cinta, tentu saja aku lebih menyukai bacaan yang berbau romansa. Mengkhatamkan satu buah novel saja aku membutuhkan waktu lebih dari tiga hari, bukan karena aku malas membaca, tetapi karena membaca hanya sekadar pelengkap aktivitas sehari-hari.

Pagi ini saja, aku bangun subuh seperti biasa. Karena hari ini adalah hari Minggu, selepas sholat subuh aku sengaja meluangkan waktu untuk sekadar berjalan-jalan mengitari jalanan desa rumahku. Udara begitu dingin, jaket adalah teman terbaik pagi ini. Sambil tengok kanan, sambil tengok kiri, aku menggerakkan tanganku melakukan sedikit streetching seolah aku akan melakukan olahraga berat haha. Padahal toh aku hanya berusaha mengusir kebekuan udara pagi.

Langit begitu cerah, gunung dan perbukitan terlihat begitu biru dari kejauhan, dengan  goresan warna jingga keemasan berpadu dengan langit biru khas subuh, pemandangan ini begitu menawan. Jika aku membawa ponsel, sudah aku potret sana potret sini dan kasih tunjuk kalian betapa indahnya pemandangan ini. 

Mungkin karena terlalu sering membaca novel romansa, pikiranku secara otomatis mulai warni-warni bak pelangi, aku “berimajinasi”. Kalau saja aku sudah berumah tangga, mungkin menikmati keindahan ini berdua atau bertiga dengan “si kecil” akan memberikan momen yang berbeda. Benarlah kata orang bahwa bahagia itu sederhana, sesederhana kita membayangkan hehehe.

Karena terlalu terlena dengan bahagia yang sederhana, aku lupa bahwa aku harus segera pulang memulai petualang di se petak dapur kesayangan, alias “nginem”. Sembari menunggu mama pulang dari wlijo (pedagang sayur keliling), aku membuka kitab “Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah” milik Tere Liye. Belum genap satu bab aku baca, mama dengan motor dodot tuanya (Supra X Th 2003) datang dengan beraneka ragam tas kresek menggantung manja di stang.

Akhirnya kututup kitabku dan mulai beraksi tanpa celemek, tetapi. Aktivitas memasak dengan mama sangat menyenangkan, aku bisa memulai obrolan renyah dengan mama. Kita membahas apa saja, dengan saus serius, kecap bercanda, dan penyedap rasa tertawa. Tiba-tiba aku ingat kata-kata “Pak Tua” di buku Tere Liye yang aku baca pada Bab 11, tentang “Petuah Cinta Ala Pak Tua” di halaman 173.

“Cinta itu perbuatan. Kata-kata dan tulisan adalah omong kosong.”

Aku menggaris bawahi kalimat itu dengan tinta hitam. Hal ini merupakan suatu kebiasaan setiap kali aku membaca buku menemukan kata-kata yang penuh pembelajaran baru. Bukan apa-apa, hanya saja memudahkanku untuk membaca kembali point-point penting dalam bacaan, kalau-kalau aku malas membacanya dari awal hehehe.

Ahh.. yaa, kembali ke persoalan cinta adalah perbuatan kata Pak Tua. Mungkin itu benar jika kita mau menganalogikannya dalam kenyataan. Jujur saja, aku bukanlah seseorang yang mudah percaya pada lawan jenis yang berkata “Aku sayang kamu. Aku rindu kamu. Aku cinta kamu”, heeyyy… cinta tidak semudah itu. Bagaimana mungkin kita tahu apa yang di ucapkan itu benar, sedangkan kita tidak tahu apa yang ada dalam hati dan pikirannya?

Jangan mudah tertipu dengan siapa saja yang dengan mudah mendefinisikan cintanya padamu.  Cinta itu luas kawan, tidak hanya soal cinta antara si Fulan dengan si Fulani. Cinta juga bisa diartikan antara ibu dengan anak, anak dengan ayah, ataupun sahabat misalnya. Cinta juga bukan hanya soal bualan, gombalan, tipuan atau rayuan. Cinta itu perbuatan.

Contoh saja, jika kamu seseorang yang menjalani hubungan jarak jauh. Jangan 100% percaya bahwa dia tidak akan melakukan pengkhianatan. Jika dia berkata cinta padamu dan berjanji untuk tidak selingkuh, coba pikirkan bahwa jangankan kematian, jarak dan waktu bisa dengan mudah memutus perasaan. Cinta itu berubah, tidak ada cinta yang abadi. Yang abadi itu hanyalah memori kita tentang cinta itu sendiri. Cinta tidak cukup didefinisikan dengan sebuah kata-kata ataupun tulisan. Karena sekali lagi, kita tidak tahu bagaimana isi hati seseorang.

Cinta itu kebiasaan. Mungkin saja kamu yang menjalani hubungan jarak jauh, meski sedang berteman dengan jarak juga waktu, tidak menutup kemungkinan menemukan cinta yang baru. Cinta yang bertunas karena sering ketemu, cinta yang berakar karena sering bertukar kabar, cinta yang membesar karena sebuah perhatian. Cinta itu perbuatan. 

Bagaimana mungkin saling mengaku sayang lewat telepon genggam dinamakan sebuah cinta? Itu hanya sebuah perasaan yang berusaha dipertahankan. Itu hanya sebuah gejolak memori yang tidak ingin melupakan pertemuan. Oleh karenanya, meski jarak membentang dan waktu menikam, perasaan masih bisa dipertahankan. Semuanya itu hanya karena memori yang sayang kalau dibuang. Kalau benar cinta, pastilah dia datang menggunting jarak, membunuh waktu, melamar kamu.


Rupanya aku sudah keracunan petuah Pak Tua tentang cinta. Hingga perkara panorama indah, masak memasak di dapur, juga novel romansa, aku kait-kaitkan dengan cinta pada kehidupan nyata hahaha. 

Komentar

Postingan Populer